
Singkat cerita, setelah dua bulan pacaran aku mengajak dia
jalan-jalan ke rumahku yang kebetulan lagi kosong. Setelah sampai di
rumah, kami bercerita sebentar, mulai dari hal-hal yang berbau kampus
hingga menyentuh masalah seks. Ternyata ia melayaniku dengan semangat,
sampai pikiranku pun melayang ke hal-hal yang tidak-tidak. Aku berusaha
memancingnya terus dengan menambah bumbu-bumbu cerita, dan dia pun
terangsang. Perlahan-lahan kudekatkan tubuhku padanya dengan hati-hati,
takut siapa tahu dia menolak. Diluar dugaan, dia tidak menghindar, maka
kucoba lebih jauh lagi dengan cara menciumnya. Ternyata dia membalas
kecupanku dengan penuh nafsu. Aku menjadi lebih berani lagi.
Aku berusaha untuk membuka baju dan celana panjang yang ia pakai. Ohh
betapa indahnya bentuk tubuhnya ketika kulihat hanya menggunakan
penutup buah dada dan celana dalam putihnya. Aku pun tidak tahan lagi,
sambil mengulum bibirnya yang basah, aku pun membuka seluruh pakaianku.
Dia terkejut dan takjub ketika melihat batang kemaluanku yang besar
telah tegang.
Dia membuka penutup dada dan celana dalamnya dan memegang batang
kemaluanku sambil berkata, “Kak, besar sekali punyamu, aku kok ingin
mencobanya..!”
Sambil menahan nafsu, aku membaringkan Reny ke lantai.
Awalnya kami hanya bergelut dengan saling berpelukan saja, tetapi
keinginan untuk melakukan yang lebih dari itu pun tidak dapat kami
bendung lagi. Hingga pikiran sehat dan rasa ingin memeperlakukan Reny
selayaknya wanita yang baik pun sirna saat itu. Kami saat itu sudah
dilingkupi oleh keinginan birahi yang sangat tinggi.
“Ren.., aku ingin mencium milikmu, boleh kan..?” tanyaku merayunya.
“Oh.., Kak.. Lakukan saja, aku sudah tidak tahan lagi..!” jawabnya
sambil tangannya mencoba memegang batang kemaluanku yang sudah berdiri
tegak itu.
Kami saling melakukan oral seks dengan posisi 69. Kegiatan kami yang
satu itu berlangsung hingga 10 menit, dan kami pun terhenti bersamaan
karena rupanya sama-sama menginginkan hal yang lebih lagi.
Setelah itu aku mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang
keperawanannya secara perlahan-lahan. Dia meringis menahan sakit yang
teramat sangat, tapi tidak berusaha untuk menolakku. Aku pun bertambah
semangat untuk mengocok liang keperawanannya dengan cepat sambil
menggoyangkan pinggulku.
Setelah 15 menit kami bermain cinta, aku mengajaknya terbang ke alam nikmat.
Aku mendengarnya mendesis, “Ssshh.. ahh.. Kak.., nikmat sekali.., teruuss.. Kaak.. sepertinya ada yang mau keluaarr..”
Aku berpikir bahwa dia sudah mencapai orgasme yang pertama, terus saja
aku mengocoknya dan tiba-tiba, “Kakk.. aku keluar..!” dan memuncratlah
cairan kental berwarna putih kemerah-merahan, tanda bahwa keperawanannya
telah kutembus.
Sampai empat kali dia mengalami orgasme. Dia kulihat mengalami lemas
lunglai, sedangkan aku sendiri belum. Lama-kelamaan daya tahanku mulai
berkurang juga. Sambil menahan rintihan kenikamatan, aku merasa spermaku
sudah saatnya dikeluarkan. Aku pun mengeluarkan batang kemaluanku dari
dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.
“Aaahh.. Reny.. kamu betul-betul hebat sayang..!” dan cairan putih kental dari dalam batang kemaluanku tertumpah di wajahnya.
Dia kemudian menjilati batang kemaluanku yang besar itu sambil tersenyum puas.
Setelah bersih dari cairan sperma dan cairan kewanitaannya, aku pun
mengecup bibirnya dengan hangat. Kami kembali melakukan percintaan
sambil berpelukan di bawah lantai. Tidak terasa kami pun tertidur pulas.
Setelah terbangun, aku melihat Reny masih tertidur pulas di lantai.
Aku duduk sebentar di sofa. Tiba-tiba aku teringat pengalaman masa lalu
saat aku berumur 15 tahun. Aku mempunyai seorang tante yang bernama
persis dengan nama pacarku ini. Ya, nama tanteku juga Reny. Waktu itu
aku dan tante tinggal serumah, karena ayah dan ibuku lagi keluar kota
untuk mengurus pernikahanpamanku.
Karena takut tidur sendiri, maka tanteku minta tolong agar aku
menemaninya di kamarnya, kebetulan di kamar tanteku ada dua buah tempat
tidur yang letaknya bersampingan. Malam itu entah karena kelelahan, aku
dan tanteku lupa memasang anti nyamuk elektrik, dan bisa ditebak seluruh
badanku diserbu nyamuk yang memang tidak tahu diri.
Tengah malam aku terbangun karena tidak tahan akan serangan nyamuk
yang tidak tahu diri itu. Aku berbalik ke arah tanteku dan melihat dia
tertidur pulas sekali. Karena kamar itu hanya diterangi lampu pijar 10
watt, maka samar-samar aku dapat melihat tubuh molek tanteku yang
terbaring merangsang. O ya, walaupun sudah berumur 26 tahun, tanteku
mempunyai wajah yang masih sangat muda dan cantik. Entah karena nafsu,
aku memberanikan diri menghampiri tanteku. Kulihat daster yang
dipakainya tersibak di bagian selangkangannya.
Aku mencoba mengintip dan melihat gundukan kecil dari balik celana
dalamnya. Ah, betapa aku ingin melihat yang ada di balik celana dalam
itu.
Tiba-tiba tanteku terbangun, “Hei.., apa yang kamu lakukan..?”
Karena terkejut, aku pun menjawab asal-asalan, “Tadi aku melihat tikus tante..”
Tante Reny menjerit sambil memelukku, “Ahh.., dimana tikusnya..?”
Sambil terbata-bata karena gugup, aku menjawab bahwa tikusnya sudah
lari. Aku pun kembali ke tempat tidur dan akhirnya tertidur pulas hingga
pagi hari.
Keesokan harinya, saat sarapan aku lihat tanteku tersenyum-senyum
sendiri, tapi aku takut untukmenanyakannya. Aku merasa, kalau tanteku
itu sepertinya mengetahui kelakuanku tadi malam, tapi karena memang aku
masih merasa tidak enak dengan tanteku, maka aku pun diam saja.
Malam harinya aku sengaja tidak tidur agar bisa mengambil kesempatan
seperti malam sebelumnya. Dan saat itu pun tiba. Tepat tengah malam,
saat kulihat tanteku tertidur pulas, aku mengendap ke tempat tidurnya
dan mencoba mengintip. Astaga, yang kulihat bukan lagi celana dalam
putih yang biasa dipakainya, melainkan gundukan kecil yang ditumbuhi
bulu-bulu halus. Sambil membayangkan yang tidak-tidak, aku tidak
menyadari bahwa celanaku sudah merosot turun. Ya, tanteku ternyata tidak
tidur.
“Masih belum tidur, De..?” tanyanya.
Aku pun sadar karena tenyata tante Reny memegang batang kemaluanku dan berkata, “Wah.., sudah besar yaa..?”
“Ihh.., geli tante..!” jawabku mencoba menghindari pegangan tangannya di kemaluanku.
Tidak hanya itu saja, karena kemudian tanteku bagun dari tempat
tidurnya dan langsung mengulum kemaluanku yang sudah jelas berdiri
dengan tegaknya. Dia mengulum, hingga aku meringis menahan rasa nikmat
dan sedikit kesakitan, karena memang tanteku terlalu bernafsu mengulum
kemaluaku, hingga sempat giginya menyentuh batang rudalku. Tante Reny
kemudian membuka seluruh pakaiannya dan menyuruhku untuk naik ke atas.
Dia membimbingku untuk menindihnya.
“De.., ayo naik..! Tante tahu kok kamu juga ingin kan..?” katanya manis mencoba membujukku.
Aku pun naik dan tanteku membimbing batang kemaluanku yang saat itu
masih belum terlalu besar masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil
mengerang.
“Ayo.. De.., kamu pasti bisa. Jangan diam begitu dong..! Gerakkan maju
mundur. Ayoo, yahh.. begitu.., ahh enak De..!” katanya kesetanan.
Benar-benar aku mencoba mengerahkan segala kekuatan dan keahlian yang
kudapat dari beberapa kali menonton film porno untuk menerapkannya pada
perbuatan kami itu.
“Terus De.., terus.., tante merasa enak..!” katanya memuji goyangan
tubuhku dan rudalku yang mencoba memuaskan gairah kenikmatan tanteku.
Aku pun merasa keenakan dan akhirnya, “Crutt.. crutt.. crutt..!” air maniku pun keluar.
“Wah.., belum apa-apa sudah keluar. Tapi tidak apa-apa.., wajar kok bagi pemula..”
“O ya.. tante.., normalnya berapa lama baru air mani keluar..?” tanyaku tanpa malu-malu lagi.
“Satu jam..” katanya sambil tersenyum simpul.
Kami terus saja melakukan hal itu dalam berbagai macam gaya. Aku
tentu saja menikmatinya, karena itu merupakan pengalaman seks pertamaku.
Setelah malam itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks sampai
daya tahanku betul-betul teruji. Kami melakukan diantaranya di kamar
mandi, sofa dan tentu saja kamar tanteku. Memang saat-saat bersama
tanteku dulu, merupakan kenangan yang indah untuk kehidupan seksku.
Aku terus saja melamun sampai kudengar suara Reny menegurku, ” Kak.., antarkan aku pulang..!” katanya sambil merangkul diriku.
“Eh, Reny.., kamu sudah bangun..?” tanyaku terbata-bata karena kaget.
“Kak.., lain kali kita bikin lagi yaa..?” pintanya manja.
“Iyalah.., nanti. Enakkan..?” tanyaku lagi.
“Iya.. Kakak hebat mainnya, Reny sampai ketagihan..!” katanya sambil
merangkul tubuhku dengan erat dan kemudian mencium pipi kananku.
“Iya dong.., siapa dulu..!” balasku juga sambil mencim keningnya.
Hanya sebentar setelah percumbuan kami yang indah itu, kami berpakaian
kembali dan membersihkan ruangan itu yang sempat agak berantakan.
Kemudian aku pun mengantar Reny pulang dan tersenyum puas.
Reni Mahasiswi Bringas Seks
4/
5
Oleh
Shanti